Rabu, 24 Februari 2010

SEHIDUP SEMATI DI GUNUNG SEMERU


“ Aku ingin sehidup semati dengan kamu” . Sekali lagi ucap Toni dengan serius. “ Ih…takut aku, nggak mau ah“ . Dengan senyum agak menggoda. Toni terlihat kecewa dan Rina pun menghibur. “ Aku bercanda sayang, siapa sih yang nggak mau sehidup semati dengan kekasihnya yang tercinta“ . Toni terlihat gembira dengan ucapan Rina. Pembicaraan itu berakhir dengan saling menatap mesra dan entah siapa yang memulai adegan mesra itu diikuti pagutan-pagutan lembut yang membuat suasana bertambah indah.

Pagi yang cerah di stasiun Malang dibisingkan dengan deru lokomotif kereta Mataremaja dari Jakarta, yang kemudian penuh dengan hiruk-pikuk turunnya penumpang dari berbagai gerbong. Canda tawa mesra terlontar dari dua sejoli yang membawa ransel sarat dengan beban di dalamnya. Mereka tidak peduli dengan ratusan pasang mata yang memandang iri terhadap mereka. “Toni, istirahat di sini, sarapan dulu sebelum berangkat ke terminal”! Seru Rina sambil menarik lengan Toni. “ Oke, sarapan apa kita pagi ini“? Tanya Toni. “ Nasi rames sepertinya enak”. Toni dan Rina menuju warung nasi di pojok stasiun dekat dengan pintu keluar. Dua sejoli itu memesan dua porsi nasi berlauk telur dan tanpa menunggu lama pesanan datang, mereka menyantap dengan lahap dan tak ketinggalan canda tawa yang menghiasi acara sarapan di kota Malang. Setelah sarapan, mereka naik angkot menuju pasar Tumpang. Selama perjalanan mereka terlihat tidak kenal lelah layaknya orang setelah mengalami perjalanan jauh. Tepat waktu dzuhur mereka sampai di pasar Tumpang nan terkenal banyak dijumpai jeep-jeep menunggu para pendaki yang akan menggunakan sebagai alat transportasi terakhir menuju gunung Semeru atau terkenal dikalangan pendaki dengan nama Ranu Pane. Toni dan Rina melengkapi perbekalan mereka dengan belanja beberapa bahan makanan sebelum menuju Ranu Pane. Beberapa jam kemudian mereka tiba di Ranu Pane.

Di kejauhan Terlihat “ perkasa “ dengan medan pasirnya yang gersang sampai puncaknya. Sewaktu mengurus perizinan Toni dan Rina kecewa dengan hanya diizinkannya mendaki hingga Ranu Kumbolo, pos yang biasanya disinggahi pendaki sebelum menuju puncak, biasanya para pendaki beristirihat di sini sambil menikmati suasana indah danau yang berada di ketinggian. “Bagaimana pak, kok Cuma sampai Ranu Kumbolo“? Kerut dahi Toni ditujukan kepada petugas perizinan. “Beberapa bulan ini cuaca di gunung Semeru selalu tidak bersahabat akibat dari cuaca yang sedang pancaroba. “Baiklah pak, daripada tidak”. Toni memakai ranselnya di pundak dan meninggalkan pos perizinan dengan kecewa karena tidak dapat mendaki gunung Semeru sampai puncaknya. Rina menyusul dengan sedikit menghibur kekasihnya , “Ton, sudahlah yang penting keinginan kita tercapai, berdua di gunung Semeru walau tak sampai puncak”. Hiburan dengan disertai senyum manja Rina akhirnya meluluhkan hati Toni yang gundah, lalu dengan gemas Toni membalas senyum dan sedikit mencubit pipi Rina. Mereka berjalan beriringan, sesekali Toni menoleh ke arah Rina memeriksa kekasihnya yang selalu tersenyum bila pria yang ia cintai menatapnya dengan penuh kasih. Pemandangan indah selama perjalanan tak pernah henti, bagai film dokumenter yang tak pernah habis.

Beberapa jam mereka berjalan mereka tiba di sebuah danau yang indah, Ranu Kumbolo namanya, danau yang berada di ketinggian dan konon airnya tak pernah habis. Mereka beristirahat sejenak sebelum menuju tanjakan cinta, sebuah tanjakan panjang yang terletak di atas Ranu Kumbolo. Entah siapa dan mengapa tanjakan itu dinamai dan terkenal dikalangan pendaki dengan nama itu, konon bila sepasang anak manusia berjalan sambil bergandengan sampai ke ujung tanjakan akan menjadi sepasang kekasih yang langgeng sampai ke pelaminan, bagi yang jomblo bisa diterima kala mengutarakan perasaannya pada pasangannya. Rina mengeluarkan air mineral dan coklat sebagai teman melepas lelah dan menawarkan Toni yang sedang asyik menarik asap rokoknya dalam-dalam sambil menikmati damainya suasana alam terbuka. “Ton, minum nih, malah merokok. aku punya coklat mau nggak“? Menyodorkan sebuah bungkusan berwarna kecoklatan. “Kamu saja, aku nanti sekalian habis makan, aku minta airnya saja“. Tolak Toni dengan halus. Sambil makan coklat Rina bersandar manja kepada Toni yang sedang memikirkan sesuatu. “Rin, boleh aku mengucapkan sesuatu“? Tanya Toni serius. “Boleh, asal jangan gombal aja“, ejek Rina. “Aku serius tidak akan gombal, aku ingin sehidup semati dengan kamu“. Sekali lagi ucap Toni dengan serius. “Ih…takut aku, nggak mau ah“. Dengan senyum agak menggoda. Toni terlihat kecewa dan Rina pun menghibur. “Aku bercanda sayang, siapa sih yang nggak mau sehidup semati dengan kekasihnya yang tercinta“. Toni terlihat gembira dengan ucapan Rina. Pembicaraan itu berakhir dengan saling menatap mesra dan entah siapa yang memulai adegan mesra itu diikuti pagutan-pagutan lembut yang membuat suasana bertambah indah. Konon, tidak boleh sembarangan mengucapkan sesuatu di alam penuh dengan misteri Illahi, seperi orang tua bilang “ tabu berbicara sembarangan di daerah yang tidak kita kenal, pamali nanti didengar setan”! Adegan mesra pasangan yang sedang dimabuk cinta ini terputus setelah Toni teringat akan jadwal mereka yang harus mendirikan tenda sebelum gelap. Ranu kumbolo memang membuat para pendaki kerasan dan ingin menetap rasanya, dikarenakan suasana alam yang menyajikan kedamaian bagi siapa saja yang singgah. Tepat pukul enam mereka telah selesai mendirikan tenda dan memasak makan malam. Setelah menyantap makan malam, mereka bergegas tidur karena kelelahan bagai berjalan mengelilingi benua untuk bulan madu. Sebelum tidur Toni menyempatkan mengisi buku hariannya yang sejak mereka tiba di Malang belum sempat diisi.

Pagi yang Indah Menghiasi Ranu Kumbolo, walau kabut masih menyelimuti sekitarnya. Rina keluar tenda dan mulai menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, Toni masih bergelut dengan kantong tidur bulu angsanya yang menahan hawa dingin gunung Semeru. Setelah sarapan siap Rina membangunkan Toni dengan kecupan mesra di kening Toni dan seraya berkata, “bangun sayang, malu nanti dengan matahari, sarapan yuk“! Toni akhirnya bangun dan melihat sarapan telah siap menantinya. Setelah sarapan Toni menyuruh Rina untuk bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju Kali Mati dan Rina pun terkejut. “Loh Ton, bukankah kita hanya diizinkan sampai Ranu Kumbolo”? Tanya Rina. “Sampai Kali Mati baru kita turun, oke“! Iya deh…” sahut Rina sambil tersenyum. Setelah berkemas, mereka melanjutkan perjalanan menuju Kali Mati. Kali Mati adalah pos sebelum para pendaki melanjutkan perjalanan menuju puncak Mahameru, sebelum menuju Arcopodo pos yang paling berbahaya dengan adanya jurang dan bila tidak berhati-hati maka…goodbye. Toni dan Rina berjalan beriringan dengan hati-hati, mereka berpegangan tangan, kemudian malapetaka terjadi. Rina terpeleset dan terjatuh ke dalam jurang dengan kedalaman sekitar duapuluh meter, Toni tersentak kaget, “Rina…” Toni menyusul kekasihnya ke dasar jurang dengan jalan memutar dan apa yang ia dapatkan di sana? Rina tewas seketika dan Toni terpukul akan kejadian itu. Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke pos perizinan di Ranu Pane untuk meminta bantuan dan sebelum berangkat ia merias jasad Rina denga pakaian bersih, memasak makanan dan mengelilingi jasad Rina dengan kapas dan lilin menyala, seolah bagaikan upacara kematian sang kekasih tercinta dalam kisah Romeo dan Juliet. Ia menyempatkan menulis semua kejadian dan yang ia lakukan sampai kejadian menimpa mereka. Kecupan di tangan Rina menjadi kecupan perpisahan, biasanya ia mengecup kening Rina bila ia berpamitan setelah wakuncar, tetapi itu tidak dilakukannya karena wajah Rina telah hancur terantuk batu pada saat ia terjatuh dan itu pula yang membuat Rina tewas seketika. Toni berjalan menuju Ranu Pane dengan terbayang masa-masa indahnya bersama Rina sebelum sang kekasih tewas dengan tragis. Hal itu membuat Toni tidak konsentrasi dan tergelincir jatuh terantuk batu. Toni pun tewas dengan kepala pecah.

Beberapa hari berlalu, para penjaga pos perizinan di Ranu Pane merasa ada kejanggalan, pendaki yang satu minggu lalu mendaki tak kunjung kembali dan melapor . Pendaki yang dimaksud adalah Toni dan Rina karena hanya mereka yang belum kembali sejak gunung Semeru ditutup karena cuaca yang memburuk sejak beberapa bulan yang lalu. Pihak penjaga pos di Ranu Pane akhirnya menghubungi tim SAR setempat yang langsung terjun ke lokasi kejadian dengan empat tim penyapu. Setelah beberapa jam, tim SAR akhirnya tiba di Ranu Kumbolo mereka menemukan bekas-bekas orang bermalam di sana kira-kira satu minggu yang lalu dan mereka memutuskan pencarian menuju kali mati dengan berharap menemukan yang mereka cari. Beberapa saat kemudian jasad Toni ditemukan dan langsung dibawa turun oleh satu tim, sisanya melanjutkan pencarian jasad Rina yang tidak diketahui masih hidup atau sudah mati. Jasad Toni mudah ditemukan karena tidak jatuh ke dalam jurang.

Hari sudah mulai gelap, akhirnya tim SAR memutuskan untuk turun ke Ranu Kumbolo dan bermalam sambil memutuskan langkah dan metode pencarian besok. Pagi harinya tim SAR melanjutkan pencarian dan bertemu seorang pendaki pria lalu bertanya, “mas, lihat cewek dengan ransel merah berambut sebahu“? Pendaki itu tidak berbicara, hanya menunjuk ke arah jurang di Kali Mati, tim SAR pun bergegas. Setelah tiba di sana mereka mulai berpencar dan salah satu anggota tim menemukan jasad Rina membusuk di dasar jurang, di sisinya di temukan buku harian Toni yang tertinggal pada waktu ia menuju pos Ranu Pane untuk meminta bantuan. Setelah jasad Rina dibungkus, seluruh tim turun dengan membawa jasad Rina turun. Setelah beberapa jam bersusah payah membawa mayat, tim sampai di pos Ranu Pane yang terletak di kaki gunung Semeru. Setelah beristirahat salah satu leader tim SAR iseng menanyakan kepada penjaga pos, “Pak, tadi siang ada pendaki yang turun“? Tanyanya dengan penuh selidik. “Tidak ada”. Jawab penjaga pos serius. “Iya, pendaki laki-laki yang kami temui dan menunjukkan posisi mayat pendaki perempuan itu“? Leader tim SAR mananyakan sekali lagi. “Tidak ada, wong hanya tim sampean kok yang saya lihat turun”. Pertanyaan yang tidak tuntas terjawab berada dalam benak leader tim SAR. /tasawuf hitam-putih_ddns*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar