Jumat, 05 Maret 2010

PANDANGAN DUNIA CHAIRIL ANWAR: KRITIK KEHIDUPAN DALAM PUISI AKU

Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan pernyataan sastra yang paling inti. Segala unsur seni kesastraan mengental dalam puisi. Oleh karena itu, puisi dari dahulu hingga sekarang merupakan pernyataan seni sastra yang paling baku. Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni sastra yang khusus, bahkan merupakan puncak kenikmatan seni sastra. Sehingga dari dahulu hingga sekarang puisi selalu diciptakan orang dan selalu dibaca, dideklamasikan untuk lebih merasakan kenikmatan seninya dan nilai kejiwaannya yang tinggi. Karya sastra puisi digemari oleh semua aspek masyarakat, karena kemajuan masyarakat dari waktu kewaktu selalu meningkat, maka corak, sifat, dan bentuk puisi selalu berubah, mengikuti perkembangan selera, konsep estetika yang selalu berubah dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat. Karena itu, pada waktu sekarang wujud puisi semakin kompleks dan semakin terasa sehingga lebih menyukarkan pemahamnya. Begitu juga halnya corak dan wujud puisi Indonesia modern.

Puisi “Aku” mencerminkan pandangan dunia pengarangnya tentang masyarakat pada zamannya yang ingin bebas dari penjajahan dan mampu menjadi penggugah semangat sebagai senjata ampuh dalam mendukung perjuangan rakyat Indonesia. Pandangan pengarang merupakan dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial, dokumen sosial dipakai untuk menguraikan ikhtisar sejarah sosial, dan penelusuran tipe-tipe sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan puisi “Aku” karya Chairil Anwar diantaranya, fakta kemanusiaan, subjek kolektif, pandangan dunia.

Batasan masalah hanya pada lapis pandang dunia saja yaitu, pandangan Chairil anwar sebagai pengarang terhadap keadaan sosial yang ada pada saat karyanya lahir, sehingga ia dapat menggambarkan keadaan yang tertuang dalam karya tersebut, pandangan puisi “Aku” sebagai karya yang terbentuk pada masanya yang merupakan dokumen sebagai potret kenyataan sosial, uraian ikhtisar sejarah, dan penelusuran tipe-tipe sosial, pandangan masyarakat atau ideologinya terhadap karya yang mewakili kehidupan mereka sebagai cerminan keadaan sosial yang tergambar pada karya tersebut.

Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap aturan-aturan para penindas yang sewenang-wenang terhadap rakyat, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. Yang penting , memberikan sesuatu yang berguna bagi kehidupan ini daripada tidak sama sekali.

Sajak “Aku” inilah yang justru di kemudian hari membuat Chairil Anwar menjadi legenda dalam dunia kepenyairan Indonesia. Hal itu dimungkinkan karena sajak ini bersifat sastra mimbar, untuk menyebut jenis sajak yang bersifat sosiologis (yang berpretensi untuk menjawab atau menanggapi fakta-fakta sosial).

Fakta sosial yang terkandung dalam Puisi “Aku” karya Chairil Anwar masih relevan dengan keadaan dunia dan Indonesia pada khususnya, semangat perjuangan untuk mendapatkan perubahan dari keadaan yang tertindas dan ketidakadilan ke keadaan di mana masyarakat mendapatkan semua itu.

Ia memang besar karena kesungguhannya bekerja dan memperjuangkan pilihan hidupnya. Semangat inilah yang dapat menjadi teladan bagi generasi muda. Karena itu generasi muda Indonesia harus tergugah dengan Puisi “aku” dan Chairil Anwar, pemuda itu selalu membutuhkan keteladanan. Kenapa harus mereka? Karena generasi muda adalah pewaris, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sebagai sumber insani bagi pembangunan nasional, ibarat mata rantai yang tergerai panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa, pemuda berperan sebagai pelestari nilai budaya, kejuangan, pelopor dan perintis pembaruan melalui karsa, karya dan dedikasi. Selain itu pemuda juga mempunyai peran dalam menggerakkan pembangunan sekaligus menjadi pelaku aktif dalam proses pembangunan nasional serta berperan dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, pemuda sebagai bagian integral dari warga negara sangat berperan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga sudah seharusnya generasi muda memiliki semangat yang tinggi, karena generasi muda sebagai motor penggerak harus mampu menciptakan inovasi dan kreatifitas yang kondusif dalam masyarakat.

Pada titik inilah, khazanah puisi Chairil kiranya memberikan pandangan terhadap keadaan sosial yang ada pada saat karyanya lahir, sehingga ia dapat menggambarkan keadaan yang tertuang dalam karya tersebut sekaligus memberi pelajaran yang berharga bagi kita di sebuah era ketika otonomi kesadaran pribadi kian mudah terancam oleh gilasan mesin kekuasaan (politik, ekonomi, sosial, budaya, agama) yang berbahan bakar massa, seperti era kita sekarang.









DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Chairil. 1981. Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus. Jakarta: Pustaka Rakyat.
Budiman, Arief . 1976. Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Calzoum Bahri, Sutardji. 1984. O Amuk Kapak. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Culler, Jonathan. 2003. Barthes (diterjemahkan dari Barthes: A Very Short Introduction oleh Ruslani). Yogyakarta: Jendela.
Djoko Pradopo, Rakhmat. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Prees.
Djoko Pradopo, Rachmat. 1985. Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djoko Damono, Sapardi. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djaya , Sjuman. 2003. Aku: Berdasarkan Perjalanan Hidup dan Karya Penyair Charil Anwar. Jakarta: Metafor Intermedia Indonesia.
Endriswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Eneste, Panusuk. 2007. Chairil Anwar: Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: Gramedia.
Eneste, Panusuk. 1995. Mengenal Chairil Anwar. Jakarta: Obor.
Eagleton, T. 1983. Literary Theory: An Introduction. London: Basil Blackwell.
Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.
Foulcher, Keith. 1993. Angkatan ‘45: Sastra, Politik Kebudayaan, dan Revolulsi Indonesia. Jakarta: Jaringan Kerja Budaya.
Herman, J. Waluyo. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Hakim, Zaenal. 1996. Edisi kritis puisi Chairil Anwar. Jakarta: Dian Rakyat.
Jassin, H.B. 1985. Kesusastraan Modern dalam Kritik dan Esei IV. Jakarta: Gramedia.
Jassin, H.B. 1983. Chairil Anwar, pelopor Angkatan '45, disertai kumpulan hasil tulisannya. Jakarta: Gunung Agung.
Jabrohim (ed). 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.
Junus, Husain. 1984. Gaya bahasa Chairil Anwar. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Lefevere, A. 1977. Literary Knowledge: A Polemical and Programmatic Essay on Its Nature, Growth, Relevance and Transmition. Amsterdam: Van Gorcum, Assen.
Madison, G.B. 1988. The Hermeneutics of Postmodernity: Figures and Themes. Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press.
Piaget, Jean. 1995. Strukturalisme (diterjemahkan dari Le Structuralisme oleh Hermoyo). Jakarta: Obor Indonesia.
Rokhman, Muh. Arif. 2003. Sastra Interdisipliner: Menyandingkan sastra dan Disiplin Ilmu Sosial. Yogyakarta: Qalam.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Semi, Atar. 1998. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Valdes, M.J. 1987. Phenomenological Hermeneutical Hermeneutics and the Study of Literature. London: University of Toronto Press.
Wellek, Rene dan Warren. 1989. Teori Kesusastraan (penerjemah Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar