Kamis, 04 Maret 2010

Legenda Bukit Kelam

Di Negeri Sintang hidup dua orang keturunan dewa, yaitu Bujang Beji yang bersifat buruk dan Tumenggung Murubai yang bersifat baik. Mereka adalah pemimpin yang sehari – hari bekerja menangkap ikan selain berkebun dan berladang, Tumenggumg Murubai mengusai simpang Sungai Melawi yang ikannya lebih banyak dan Bujang Beji menguasai Simpang Sungai Kapuas. Tumengung murubai menangkap ikan dengan cara membubu tetapi Bujang Beji dengan cara meracun dengan tuba. Bujang Beji tidak suka dengan keberhasilan Tumenggung Murubai dan mencari cara untuk membendung Sungai Melawi agar ikan-ikan agar pindah ke hulu. Bujang beji membawa gunung menggunakan tujuh lembar ilalang untuk memikul guna membendung Sungai Melawi, tiba-tiba ia ditertawakan oleh dewi-dewi genit dari awan Bujang Beji menoleh ke atas dan terjatuh karena menginjak duri sehingga terjatuhlah dan terbenam gunung yang dipikulnya di tanah yang basah. Putuslah harapan Bujang Beji untuk membendung Sungai Melawi. Ia sangat geram dan berniat untuk membunuh dewi-dewi genit itu. Dengan kesaktiannya ia menanam pohon kumpang mambu yang tumbuh subur mencapai awan dengan waktu singkat. Sebelum memanjatnya ia mengadakan upacara adat pedarak-pagelak yaitu upacara sesajian memberi makan roh-roh termasuk para binatang dari yang terbesar sampai yang terkecil, tetapi ia melupakan binatang sampok, sejenis rayap yang jumlahnya tidak terbilang. Binatang ini marah sekali sehingga menggerogoti akar pohon itu, ketika Bujang beji memanjat pohon itu dan belum mencapai awan, pohon itupun tumbang bersama jatuhnya Bujang Beji. Gunung yang terjatuh ke tenah dan terbenam itu adalah Bukit Kekam yang semakin kelam bila terlihat pada senja hari, maka dari itu disebutlah Bukit Kelam oleh masyarakat sekitar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar